CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Wednesday, August 4, 2010

Musuh Dalam Selimut

Beberapa waktu lalu, untuk pertama kalinya aku membaca buku-buku tentang intelijen. Entah karena fakta yang diungkap dalam buku-buku yang kubaca, entah karena kepolosanku, aku tercengang. Cerita mengenai intel membuatku bergidik. Menyadari resiko menjadi seorang intel membuatku gentar.

Seorang intel, digambarkan dengan sosok yang penuh rahasia. Identitasnya bisa berubah-ubah dikondisikan dengan kebutuhan. Biasanya seorang agen intel bekerja kepada sebuah instansi ataupun lembaga pemerintahan. Bahkan kerap seorang intel tidak diberitahu untuk siapa ia bekerja untuk mengantisipasi rahasia yang diperolehnya tidak bocor; tidak terungkap kepada pihak lain.

Tahap pelaksanaan sebuah operasi dalam siklus intelijen memiliki empat tahap. Tahap tertinggi adalah Head Quarter/ Komandan atau disebut juga Agent Handler (AH), yakni orang yang mengeluarkan pernyataan atau kebijakan tertentu. Di bawah komandan ada Supporting Agent (SA), setingkat di bawahnya adalah Cut Out (CO) yang menghubungi Agent (A) atau pelaksana di lapangan. Antara AH, SA, CO, dan A tidak saling mengenal, A biasanya direkrut dari kalangan asing di luar sistem. Jika operasi yang dijalankan gagal, praktis A akan "dihabisi" atau "dipotong" oleh CO. Untuk menghindari pembuktian intelijen, CO tidak akan ditampilkan. Garis langsung ditarik ke jenjang SA sehingga ada mata rantai yang hilang. Itu sebabnya operasi intelijen sulit diusut.

Di sini aku ingin mengangkat cerita tentang tokoh mata-mata wanita terkenal di masa Perang Dunia II yang dianggap paling berbahaya, Virginia Hall, dan tokoh fiktif mata-mata wanita yang cantik dan seksi, Evelyn Salt.

Tuesday, August 3, 2010

Perisai Diri, Silat Nasional yang Go International (Part II)

Sebagai anggota keluarga Silat Nasional Perisai Diri, gak ada salahnya donk aku ngenalin Perisai Diri (PD) melalui blogku sendiri (^_*).v Berikut adalah info seputar silat Perisai Diri yang aku sadur dari blog sesama anggota PD :

SEJARAH SINGKAT PERISAI DIRI
Perisai Diri adalah salah satu organisasi olahraga beladiri yang menjadi anggota IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia), induk organisasi resmi pencak silat di Indonesia di bawah KONI. Perisai Diri menjadi salah satu dari sepuluh perguruan silat yang mendapat predikat Perguruan Historis karena mempunyai peran besar dalam sejarah terbentuk dan berkembangnya IPSI.

Perisai Diri didirikan secara resmi pada tanggal 2 Juli 1955 di Surabaya, Jawa Timur. Pendirinya adalah almarhum RM Soebandiman Dirdjoatmodjo, putra bangsawan Keraton Paku Alam. Sebelum mendirikan Perisai Diri secara resmi, beliau melatih silat di lingkungan Perguruan Taman Siswa atas permintaan pamannya, Ki Hajar Dewantoro.

Sebagai perguruan pencak silat, Perisai Diri memiliki empat aspek yang menjadi satu kesatuan, yaitu olahraga, seni, beladiri dan mental spiritual :

Silat Perisai Diri sebagai Olahraga Pembinaan Jasmani
Pencak silat merupakan olahraga yang menggerakkan anggota tubuh terlengkap dibanding dengan olahraga lain. Khususnya silat Perisai Diri, teknik silatnya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anatomi tubuh manusia tanpa ada unsur memperkosa gerak. Pesilat berolahraga dengan senam teknik silat yang mengandung unsur 156 aliran silat dari berbagai daerah di Indonesia ditambah dengan aliran Shaolin (Siauw Liem) dari negeri Tiongkok.

Bagi anak-anak dan remaja yang dalam masa pertumbuhan fisik, tentunya diperlukan aktivitas olahraga untuk membantu perkembangan tubuh mereka. Sedangkan bagi orang dewasa diperlukan aktivitas olahraga untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Olahraga silat Perisai Diri akan sangat membantu sirkulasi darah dan oksigen, baik untuk otak maupun untuk paru-paru.

Perisai Diri, Silat Nasional yang Go International (Part I)

Tanggal 18-24 Juli 2010 kemarin baru saja diadakan kejuaraan internasional perguruan silatku yang sekaligus merayakan hari jadinya; Silat Nasional Perisai Diri Indonesia, ke-55. Kejuaraan internasional yang lebih dikenal dengan Perisai Diri International Championship (PDIC) ini biasa diadakan setiap dua tahun sekali, dan tiap pelaksanaannya selalu berdekatan dengan hari jadi Silat Nasional Perisai Diri Indonesia untuk mengenang dan mendoakan Pakde, sebutan untuk alm. RM Soebandiman Dirdjoatmodjo, pendiri Perisai Diri. Namun sejak tahun 2007, PDIC disepakati diadakan dari dua tahun sekali menjadi tiga tahun sekali. Tahun ini, PDIC VI diadakan di Jakarta, dan aku menghadiri upacara pembukaannya.


Tidak seperti tahun 2007, aku tidak menjadi panitia pelaksanaan PDIC. Yah, tahun 2007 Bandung yang menjadi tuan rumah, jadi aku ikut terlibat dalam kepanitiaan PDIC. Lelah, namun aku sepenuh hati melaksanakn jobdesk-ku sebagai divisi hubungan masyarakat. Konflik yang biasa terjadi dalam sebuah organisasi tidak melunturkan cintaku pada Perisai Diri. Dan alhamdulillah, seniorku yang menjabat Ketua Pelaksana PDIC V tahun 2007 sangat puas terhadap hasil kerja divisi humas. Senang ^_^

Upacara pembukaan PDIC VI tahun 2010 di Padepokan Silat TMII Jakarta membuatku bergidik. Bulu kuduk merinding tanda betapa aku bangga terhadap perguruan silat Perisai Diri. Segala apa yang ada dalam Perisai Diri, mulai dari filosofi, gerakan, teknik, dan sifat kekeluargaan yang tertanam kuat antar anggotanya, menambah rasa kagumku pada Pakde dan rasa cintaku pada PD. Pula membakar semangat untuk kembali aktif latihan, bukan untuk prestasi, namun sebagai pegangan hidup. Pegangan bagi kekuatan fisik, spirit, mental, dan kebatinan. Upacara pembukaan PDIC VI tahun 2010 diisi dengan atraksi-atraksi kebudayaan daerah dikolaborasikan dengan teknik-teknik Perisai Diri. Really cool! Terlebih di akhir penampilan marching band yang seluruh personilnya turut memperagakan sikap-sikap dasar Perisai Diri, dari atas gedung turun sejumlah anggota Perisai Diri membawa bendera negara-negara komisariat Perisai Diri. Ah, bagus sekali...selamat datang keluargaku...



Aku jadi teringat awal mula aku bergabung dengan silat Perisai Diri.

Thursday, July 29, 2010

Mari Masak Masako ^_^

Kalau ngomongin masak, aku memang pemula banget...malah pra-pemula, hahahaa! Senang masak tapi ngga pernah masak (how come??!!) :D

Aku memang senang masak, punya minat yg cukup tinggi sama dunia dapur, tapi hawa malas yang kumiliki ternyata lebih tinggi dari minat belajar masakku, hiiii..!! Daripada hobi masakku jadi tinggal kenangan, aku akhirnya membulatkan tekad untuk segera belajar masak sebelum mendapat ultimatum kedua dari Mama. Begini ceritanya (auuuuuuuu...) *backsound serigala mengaum +_+

Aku senang sekali belajar berbagai macam bahasa asing, dan saat ini pun aku tengah mengikuti kursus bahasa yang bahasanya dipakai di hampir seluruh negara di Amerika Selatan kecuali Portugis, yakni Spanyol. Sebelumnya, aku sudah mempelajari bahasa asing lainnya seperti bahasa negeri Doraemon dan bahasa romantis Perancis. Bahasa Inggris? hmm..sepertinya itu sudah otomatis, meskipun my English masih belepotan ;D

Temanku cerita, salah satu temannya akan menikah tahun depan, dan ia tidak diijinkan mengikuti kursus bahasa Spanyol yang ia minati sejak lama. Oleh orangtua dan kekasihnya, ia diarahkan untuk kursus masak dan jahit saja sebagai persiapan menjadi ibu rumah tangga. Poor her...mungkin jika aku di posisinya aku akan mengamuk karena merasa terancam akan dipingit nanti :O

Tuesday, July 27, 2010

To All the Boys I've Loved Before

Hayooo, kapan pertama kali kalian mengalami jatuh cintaaaa??? ;

Seperti lirik lagu jadul ciptaan Titiek Puspa yang mengatakan bahwa jatuh cinta berjuta rasanya, jatuh cinta memang amboy rasanya. Jatuh cinta bisa membuat orang senang, berdebar-debar, lebih bersemangat, senyum-senyum sendiri, mabuk kepayang, dan efek-efek lainnya yang mungkin berbeda pada setiap orang.

Tapi jangan salah, jatuh cinta juga bisa mengakibatkan efek samping, seperti tidak bergairah hidup, hilang akal sehat (termasuk banyak orang yang berpikir untuk bunuh diri), memakai jasa dukun (amit-amit), sakit gigi (karena kalau ngikutin lagu Meggy Z., lebih baik sakit gigi daripada sakit hati), dan sejumlah efek samping lainnya. Mungkin perlu dibuka spesialis baru di dunia kedokteran, yakni spesialis cinta, agar lahir dokter-dokter cinta yang bisa menyelamatkan pasien yang terkena virus cinta. (ngomong apa sih ini?) :p

Aku lupa-lupa ingat kapan pertama kali jatuh cinta. Aku juga gak yakin apakah itu yang dikatakan jatuh cinta atau sekedar suka. Yang jelas, aku masih ingat bagaimana rasanya senang dengan lawan jenis. ;)

Boy 1
Sekitar kelas 5 SD, aku kepincut dengan seorang anak baru pindahan dari kota lain. Aku sering curi-curi pandang dan berimajinasi ia pun memiliki perasaan yang sama denganku. Dan wow, benar ia punya rasa padaku. Senaaaanggg sekali! Hampir tiap hari telponan (maklum jaman dulu belum musim hp buat sms-an), tapi begitu berpapasan di sekolah, kita seperti gak kenal dan seperti gak pernah ngobrol sebelumnya. Rasanya deg-degan sekali, kaki seperti lemas dan enggan melangkah mendekat. Tiba saat telponan lagi, kami saling protes kenapa tadi tidak nyamperin atau setidaknya menyapa. Hihii, kocak! Masih polos banget sampai berusaha tak ada seorang pun yang tahu :D

Saturday, July 17, 2010

Big Fan

I love them both...







Uhm, but I guess I love him more :p




* or I'm just extremely suddenly haluscinating about him too much ;D



Giovanni VAN BRONCKHORST Netherlands

* Date of Birth: 5 February 1975
* Height: 176 cm
* Shirt number: 5
* Position: Defender
* Current club: Feyenoord (NED)
* International Caps: 105
* International Goals: 6
* First international: Netherlands - Brazil
(31 August 1996)

Club History

* FC Barcelona (ESP): From 2003 to 2007
* Arsenal (ENG): From 2001 to 2003
* Rangers (SCO): From 1998 to 2001
* Feyenoord (NED): From 1994 to 1998
* RKC Waalwijk (NED): From 1993 to 1994
* Feyenoord (NED): From 1992 to 1993

Forgiven not Forgotten

Jika seseorang disakiti oleh seorang lainnya, kemungkinannya ada dua. Satu, orang yang disakiti akan tersinggung, marah dan sulit atau bahkan tidak mau memaafkan, atau dua, orang yang disakiti akan tersinggung, marah, mau memaafkan walaupun berat dan tidak ingin berhubungan lagi dengan orang yang menyakitinya. Tiga, ups! Ternyata ada banyak kemungkinan jika seseorang disakiti oleh orang lain. Bisa mendendam, atau bahkan balas dendam.

Kemungkinan yang terjadi padaku jika aku disakiti pun akan berbeda. Aku biasanya akan tersinggung, sakit hati, marah, sedih, kecewa, bungkam enggan menyapa lagi, jutek, dan bla bla bla. Tapi ajaibnya, aku tidak akan mendendam. Bahkan saat aku merasakan sakitnya, aku tidak ingin mengucapkan mantra sumpah serapah pada orang yang telah menyakitiku. Aku akan marah dan berteriak-teriak melampiaskan kekesalanku memang, mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas, namun sesudahnya aku tidak ingin mendoakan yang tidak baik pada orang itu. Well, aku pikir wajar jika seseorang tengah dalam keadaan emosi (emosi bukan keadaan marah saja loh!) berpikir dan bersikap labil. Biasanya aku kurang bisa mengontrol diri jika sedang emosi. Namun begitu, aku tetap tidak bisa jahat pada tersangka. Dalam kesakitanku, aku tetap mendoakannya...

Itu mengapa aku bilang ajaib. Aku pun heran, namun berterimakasih kepada Yang Di Atas karena aku dikaruniai kelapangan hati untuk tidak berbuat dholim. Ya, dikatakan bahwa doa orang yang didholimi itu biasanya didengar, dikabulkan. Apa saja yang kiranya aku doakan sebagai orang yang telah didholimi kiranya akan didengar, dikabulkan, entah itu doa yang baik-baik atau tidak. Alhamdulillah, kebanyakan waktu, bahkan hampir di setiap aku disakiti, aku diingatkan untuk tetap menjadi peri baik hati. Seperti ada yang mengingatkan untuk tidak gegabah. Aku yakin itu pasti penyertaan-Nya.

Sebagai contoh, aku pernah sakiiiiiiittttt sekali setelah puncak konflik dengan mantanku beberapa waktu lalu. Padahal menurutku, ya mungkin orang lain akan berpikir ini adalah penilaian subjektif dari sudut pandangku; namun aku benar-benar berusaha menjadi netral, dan setelah aku menceritakan permasalahanku ini ke beberapa temanku, semua menilai kesalahan bukan padaku. Kesalahan bisa dikatakan mutlak ada pada mantanku. Namun yang terjadi, mantanku justru menyalahkanku, bahwa kesalahan adalah karena ku. Terlebih setelah tragedi tersebut kami putus, dan itu sangat memukulku. Aku benar-benar merasa tidak bisa bernafas. Dia tak bergeming padaku, tak peduli lagi padaku, bahkan jika aku pun berniat bunuh diri.

Al-Qur'an cs Intel

Alhamdulillah…

Aku baru aja selesai belajar mengaji which sebelumnya maleeeeeesssss banget untuk kembali belajarnya! Bayangin, aku sudah mulai belajar mengaji dari tahun 2006, sampai sekarang belum lancar juga ngajinya. Malah aku keduluan adikku Yudith, dia sudah lancar, padahal dia yang menyusul aku menjadi muallaf. Aku gak ngerti, rasanya seperti aku tidak bisa mengingat bentuk-bentuk huruf Hijaiyah itu dan seperti tidak menempel di ingatanku. Apalagi ditambah tanda bacaan yang membedakan bunyi serta panjang-pendek hurufnya. Setiap kali membaca, aku merasa juling, dan otakku menolak meneruskan belajar. Pikiranku membandel, aku gak mau belajar mengaji lagi. Aku hafalkan saja surat-surat Al-Qur’an yang menggunakan huruf Romawi untuk bacaan sholatku. Aku merasa tersiksa. Aku sadar aku harus bisa baca Al-Qur’an karena Al-Qur’an adalah kitab suci yang menjadi dasar hukum kehidupan, tuntutan hidup. Terlebih dituliskan akan hilang isi Al-Qur’an pada suatu masa menjelang hari kiamat dan akan habis para ulama dan ahli Al-Qur’an yang bisa mengajarkan kita lagi untuk mendalami Al-Qur’an. Mungkin ini cobaan buatku, tapi aku tak bisa memungkiri. Aku kontradiksi!

Segala puji bagi-Nya yang selalu menunjukkan jalan yang lurus kepada umat-Nya, khususnya buatku. Sekalipun aku kerap melenceng dari jalan-Nya; dari perintah-Nya, namun aku tidak dibiarkan hilang. Tetap aku diingatkan untuk segera membenahi spiritualitas diri. Sampai belakangan aku semakin tergerak untuk kembali belajar mengaji, dan hari ini aku (akhirnya) kembali belajar mengaji =)


Banyak sekali waktu luangku sebenarnya, malah bukan waktu luang tapi waktu kosong. Tiap hari aku habiskan dengan tidur dan tidur. Berkali-kali Mama mengingatkan untuk aku segera belajar mengaji namun aku tidak bergeming. Dalam hatiku aku ingin, tapi jangan sekarang. Dalam hati sebenarnya aku malu, karena aku bela-belain belajar bahasa asing hampir setiap hari namun tidak prioritas. Dikatakan dalam hadits, malu berarti kita masih peduli dengan keadaan sekeliling kita untuk berbuat salah. Alhamdulilah, aku masih bisa merasa malu. Apalagi Allah memberi kemurahan rejeki lagi padaku untuk aku bisa kursus bahasa Spanyol selain bahasa Inggris. Itu berarti, aku harus lebih mensyukuri kebaikan-Nya dengan berbuat seperti yang diperintahkan-Nya, pelajari Al-Qur’an. Alhamdulillah aku diberi ketetapan hati untuk itu.

Friday, July 9, 2010

Komunikasi Dua Alam (I'll be Missing You)

Antara percaya dan tidak, adalah respon terhadap komunikasi dua alam dengan orang yang sudah meninggal. Aq pun salah satunya, walaupun kerap merasa bisa melakukan komunikasi seperti itu lewat mimpi.

Aq telah terpisah ruang dengan alm. Papa sejak tahun 2004, namun demikian aq seolah bisa tetap berkomunikasi dengan Papa. Bertemu Papa di mimpi biasanya memberitahu atau membahas hal-hal yang tengah aq dan keluargaku alami. Hal ini mulai kualami tak lama setelah Papa pergi, dan baru menyadarinya beberapa bulan kemudian setelah keluargaku mengatakan tak satu pun dari mereka yang juga mimi bertemu Papa. Bahkan Mama dan adik-adikku baru bertemu Papa di dalam mimpi beberapa tahun kemudian sepeninggal Papa.

Jika ini memang bentuk komunikasi yang diberi Allah kepadaku, aq bersyukur. Jika bukan, maka aq berlindung padaNya. Namun tak dapat dipungkiri, semua terasa nyata. Terdengar mengada-ada, namun memang benar terjadi. Apakah Kau memang memberiku penglihatan ini, Yaa Rabb? Lindungi aq senantiasa, dan aq tetap bersyukur Kau memberiku ijin untuk bertemu dengan Papa lewat mimpi-mimpiku..


Kilas balik beberapa mimpiku bertemu dengan Papa :

Pertama kali, aku benar-benar penasaran dengan meninggalnya Papa. Apa benar-benar karena memang sudah tidak ada kemungkinan lagi untuk disembuhkan secara medis, atau karena terlambat penanganan medisnya (Papa berobat ke Malaysia, di Malaysia didiagnosa ginjalnya yg parah, sementara saat masih di Indonesia didiagnosa levernya yg parah), atau karena saat itu aq kurang mendoakan kesembuhan Papa? Aq terus bertanya-tanya dalam hati, sampai-sampai perasaan bersalah terus menyelimutiku. Kalau aq tidak salah ingat, beberapa hari setelah Papa meninggal, aq bermimpi melihat Papa dan Mama membelakangiku. Papa dan Mama tampak tengah berbicara dengan dokter yg juga teman Papa. Dari situ aq mendengar Papa berkata,
"Bagaimana sakit saya?"
lalu dokter itu menjawab, "Sudah tidak mungkin disembuhkan lagi."

Tuesday, July 6, 2010

Marahlah Pada Tempatnya

Waktu aku kecil, Papa pernah bercerita tentang kakek-nenekku. Aku tidak sempat bertemu mereka karena sudah berpulang menghadap Yang Di Atas sebelum aku lahir. Papa bilang, kakek-nenekku (aku memanggil mereka Opung) adalah orang yang sangat baik, yang tidak pernah marah. Senang mendengarnya, karena aku tidak suka mendengar Mamaku marah-marah apalagi namanya anak-anak sukanya bermain, melakukan apapun dengan bebas, tidak suka diomeli apalagi dimarahi. Terbayang olehku betapa beruntungnya Papa mempunyai mama dan papa seperti Opung.

Lalu aku menceritakan hal itu pada Mama. Mama bilang wajar saja Papa bercerita seperti itu karena yang namanya anak akan selalu menganggap baik orang tuanya. Mama juga akan mengatakan hal yang sama tentang orang tua Mama padaku (aku memanggil mereka Eyang). Bedanya, Eyang pernah marah dan tidak pernah tidak marah. "Kalau salah ya dimarahin," begitu kata Mama.


Sampai aku tumbuh besar, aku sering berharap Mama tidak marah-marah atau setidaknya tidak sering marah padaku dan adik-adikku. Kalau sudah marah, kuping rasanya gatel karena Mama teruuuusss mengomel dan baru akan reda sampai batas waktu yang tak pasti, huff!

Namun semakin aku menjalani hidup, semakin melihat lingkungan sekitar, aku jadi mulai meralat pikiranku bahwa marah adalah hal yang tidak baik. Selama ini aku tahu bahwa kita perlu dimarahi jika kita salah, dan sekarang aku lebih sadar bahwa marah bukan sekedar untuk memberitahu bahwa kita telah salah melakukan sesuatu, tapi lebih ke pembentukan karakter.

Thursday, July 1, 2010

House Is Not A Home


"Country road, take me home,
To the place I belong,
West Virginia, Mountain Mama,
Take me home, country road..."


Penggalan lagu di atas menggambarkan betapa seseorang merindukan suasana rumahnya sampai ia sebegitunya ingin pulang. Dan tak sedikit pula (bahkan hampir semua orang) mengatakan home sweet home walaupun rumah mereka sudah seperti gubuk derita.


Aku juga merasakan hal yang sama. Semewah-mewahnya rumah orang, lebih enak di rumah sendiri. Lebih nyaman, lebih bebas. Namun itu tidak selalu, karena aku sering merasa ingin minggat melihat suasana rumahku.

Konflik kecil dalam sebuah keluarga memang sering terjadi. Omelan pagi hari, ngambek, tidak diijinkan bepergian, adalah contoh peristiwa harian di hampir setiap keluarga. Mungkin itu bentuk kasih sayang keluarga kita terhadap kita. Diomeli pagi hari karena telat bangun dan menjadi kuatir terlambat sekolah atau bekerja, tidak diijinkan bepergian karena alasan kesehatan atau lainnya. Namun jika konflik ini berbuntut dan buntutnya panjang, aku pikir sudah bukan bentuk kasih sayang lagi; sudah bentuk egois. Genderang perang seolah sudah ditabuh dan bersiap tempur entah itu perang dingin atau perang saudara.

Sebenarnya aku tidak mau jika suatu masalah menjadi berlarut-larut. Aku ingin segera selesai karena masalah kecil sebaiknya jangan dibesar-besarkan. Masalahnya, orang rumah yang sudah kucoba ajak damai tidak menunjukkan itikad yang sama. Padahal jika menuruti kata hati, aku pun sama ; belum bisa berdamai. Tapi aku mau berdamai demi keutuhan rumah tangga.

Wednesday, June 30, 2010

Speak Up, STAND UP !!!


Beberapa hari lalu aku mengikuti program acara Oprah Winfrey Show di televisi dengan topik "Depresi". Topik itu membahas anak-anak yang depresi akibat mendapat kekerasan mental oleh teman-teman sekolahnya dan berakibat fatal, yakni bunuh diri. Ejekan-ejekan kaum populer di sekolah terhadap anak-anak baik yang terjadi terus-menerus bahkan bertahun-tahun membuat anak-anak baik tertekan dan memutuskan bunuh diri.

Ejekan yang diterima anak-anak yang menjadi contoh kasus dalam topik tersebut adalah ejekan "homo". Mereka merasa sangat direndahkan apalagi teman-teman mereka satu-persatu mulai meninggalkan mereka. Malu, kesal, marah, semua campur aduk dan sedihnya mereka tidak tahu bagaimana harus membela diri.

Sekolah tidak sepenuhnya bertanggung jawab atas pengaduan siswa yang mengalami perlakuan semacam itu. Sekolah fokus pada sistem proses belajar mengajar, persiapan ujian, dan kelulusan. Padahal mestinya sekolah juga turun tangan dalam mendidik para siswanya untuk tidak melakukan kekerasan baik fisik maupun mental terhadap sesama siswa.

Dalam topik itu ada seorang audiens yang mengangkat tangannya meminta waktu untuk share. Ia mengatakan kiranya sekolah-sekolah lain mencontoh sebuah sekolah negeri yang mengajarkan anak didiknya untuk tidak melakukan kekerasan fisik dan mental terhadap sesamanya, dan juga mengajarkan untuk membela temannya jika ada yang memperlakukan temannya tersebut dengan tidak baik.

"Aku pernah tahu cerita ada seorang anak perempuan yang selalu diejek oleh teman-teman sekolahnya. Akhirnya ia pindah ke sekolah negeri. Di sekolah barunya, ia dan teman-teman barunya mengadakan study tour ke museum. Dan ternyata sekolahnya yang lama juga mengadakan study tour pada waktu bersamaan. Anak perempuan tadi bertemu dengan teman-teman sekolahnya yang lama dan mulai kembali diejek. Tak jauh dari tempat anak perempuan itu berdiri, teman-teman barunya melihat lalu segera mengelilingi anak perempuan tadi dan berkata,"Yang seperti ini tidak perlu didengarkan, ayo kita pergi."
Seandainya saja semua sekolah mengajarkan hal yang sama seperti sekolah negeri itu," cerita audiens tadi.

Tuesday, June 29, 2010

Bermimpilah atau Kau Akan Tenggelam


Banyak orang bilang raihlah mimpimu setinggi-tingginya, raihlah cita-citamu setinggi-tingginya. Banyak pula yang bilang jalani saja hidup ini karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan. Which one is better?

Sedari kecil, aku diberitahu untuk belajar yang rajin agar pintar dan bisa meraih cita-cita. Seiring bertambah dewasa, aku memilih jalan hidup
gak neko-neko. Aku menjalani hidupku sebagaimana orang sering bilang "let it flow". Terasa lempeng sekali karena aku tidak merasa gagal jika sesuatu terjadi dalam apa yang sedang kujalani. Aku menganggap hal tersebut wajar sebagai bagian yang memang harus dilalui, lalu aku pun kembali melanjutkan hidupku.

Lama-lama aku merasa perjalanan hidupku ini jauh sekali dari cita-cita yang ingin kucapai. Aku berjalan kesana-kemari mengikuti
arus hingga aku lupa dengan mimpiku; cita-citaku. Dan saat aku melihat sekeliling, tak satupun orang-orang yang ada ini aku kenal. Dan saat aku meng-update kabar orang-orang yang kukenal, mereka telah menjadi orang. Aku tertinggal.

Apa ada yang salah dengan prinsip hidupku? Atau apa aku yang salah dalam menerapkannya?

Sampailah suatu saat aku membaca sebuah kutipan di surat kabar dari seorang tokoh Perang Dunia II asal Itali, Benito Mussolini. "Mulailah hidupmu dari mimpi. Karena tanpa mimpi, tidak akan pernah terwujud kenyataan."

What a word!!
Kata-kata itu langsung menyadarkanku bahwa mimpi adalah kerangka menuju pencapaian cita-cita. Dan jalan menuju kesana butuh prinsip yang lebih
streng. Mungkin hal ini tidak berlaku bagi semua orang, tapi (semoga) berlaku bagiku. Aku butuh prinsip yang lebih diktator.

Namun aku melembek. Aku
lupa dengan Mussolini. Aku kembali berjalan seperti air, mengikuti arus hingga aku kembali bertemu dengan teman kuliahku, Katya, (bukan nama sebenarnya), dalam les privat TOEFL yang diadakan di rumahku.