CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Wednesday, August 4, 2010

Musuh Dalam Selimut

Beberapa waktu lalu, untuk pertama kalinya aku membaca buku-buku tentang intelijen. Entah karena fakta yang diungkap dalam buku-buku yang kubaca, entah karena kepolosanku, aku tercengang. Cerita mengenai intel membuatku bergidik. Menyadari resiko menjadi seorang intel membuatku gentar.

Seorang intel, digambarkan dengan sosok yang penuh rahasia. Identitasnya bisa berubah-ubah dikondisikan dengan kebutuhan. Biasanya seorang agen intel bekerja kepada sebuah instansi ataupun lembaga pemerintahan. Bahkan kerap seorang intel tidak diberitahu untuk siapa ia bekerja untuk mengantisipasi rahasia yang diperolehnya tidak bocor; tidak terungkap kepada pihak lain.

Tahap pelaksanaan sebuah operasi dalam siklus intelijen memiliki empat tahap. Tahap tertinggi adalah Head Quarter/ Komandan atau disebut juga Agent Handler (AH), yakni orang yang mengeluarkan pernyataan atau kebijakan tertentu. Di bawah komandan ada Supporting Agent (SA), setingkat di bawahnya adalah Cut Out (CO) yang menghubungi Agent (A) atau pelaksana di lapangan. Antara AH, SA, CO, dan A tidak saling mengenal, A biasanya direkrut dari kalangan asing di luar sistem. Jika operasi yang dijalankan gagal, praktis A akan "dihabisi" atau "dipotong" oleh CO. Untuk menghindari pembuktian intelijen, CO tidak akan ditampilkan. Garis langsung ditarik ke jenjang SA sehingga ada mata rantai yang hilang. Itu sebabnya operasi intelijen sulit diusut.

Di sini aku ingin mengangkat cerita tentang tokoh mata-mata wanita terkenal di masa Perang Dunia II yang dianggap paling berbahaya, Virginia Hall, dan tokoh fiktif mata-mata wanita yang cantik dan seksi, Evelyn Salt.

Tuesday, August 3, 2010

Perisai Diri, Silat Nasional yang Go International (Part II)

Sebagai anggota keluarga Silat Nasional Perisai Diri, gak ada salahnya donk aku ngenalin Perisai Diri (PD) melalui blogku sendiri (^_*).v Berikut adalah info seputar silat Perisai Diri yang aku sadur dari blog sesama anggota PD :

SEJARAH SINGKAT PERISAI DIRI
Perisai Diri adalah salah satu organisasi olahraga beladiri yang menjadi anggota IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia), induk organisasi resmi pencak silat di Indonesia di bawah KONI. Perisai Diri menjadi salah satu dari sepuluh perguruan silat yang mendapat predikat Perguruan Historis karena mempunyai peran besar dalam sejarah terbentuk dan berkembangnya IPSI.

Perisai Diri didirikan secara resmi pada tanggal 2 Juli 1955 di Surabaya, Jawa Timur. Pendirinya adalah almarhum RM Soebandiman Dirdjoatmodjo, putra bangsawan Keraton Paku Alam. Sebelum mendirikan Perisai Diri secara resmi, beliau melatih silat di lingkungan Perguruan Taman Siswa atas permintaan pamannya, Ki Hajar Dewantoro.

Sebagai perguruan pencak silat, Perisai Diri memiliki empat aspek yang menjadi satu kesatuan, yaitu olahraga, seni, beladiri dan mental spiritual :

Silat Perisai Diri sebagai Olahraga Pembinaan Jasmani
Pencak silat merupakan olahraga yang menggerakkan anggota tubuh terlengkap dibanding dengan olahraga lain. Khususnya silat Perisai Diri, teknik silatnya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anatomi tubuh manusia tanpa ada unsur memperkosa gerak. Pesilat berolahraga dengan senam teknik silat yang mengandung unsur 156 aliran silat dari berbagai daerah di Indonesia ditambah dengan aliran Shaolin (Siauw Liem) dari negeri Tiongkok.

Bagi anak-anak dan remaja yang dalam masa pertumbuhan fisik, tentunya diperlukan aktivitas olahraga untuk membantu perkembangan tubuh mereka. Sedangkan bagi orang dewasa diperlukan aktivitas olahraga untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Olahraga silat Perisai Diri akan sangat membantu sirkulasi darah dan oksigen, baik untuk otak maupun untuk paru-paru.

Perisai Diri, Silat Nasional yang Go International (Part I)

Tanggal 18-24 Juli 2010 kemarin baru saja diadakan kejuaraan internasional perguruan silatku yang sekaligus merayakan hari jadinya; Silat Nasional Perisai Diri Indonesia, ke-55. Kejuaraan internasional yang lebih dikenal dengan Perisai Diri International Championship (PDIC) ini biasa diadakan setiap dua tahun sekali, dan tiap pelaksanaannya selalu berdekatan dengan hari jadi Silat Nasional Perisai Diri Indonesia untuk mengenang dan mendoakan Pakde, sebutan untuk alm. RM Soebandiman Dirdjoatmodjo, pendiri Perisai Diri. Namun sejak tahun 2007, PDIC disepakati diadakan dari dua tahun sekali menjadi tiga tahun sekali. Tahun ini, PDIC VI diadakan di Jakarta, dan aku menghadiri upacara pembukaannya.


Tidak seperti tahun 2007, aku tidak menjadi panitia pelaksanaan PDIC. Yah, tahun 2007 Bandung yang menjadi tuan rumah, jadi aku ikut terlibat dalam kepanitiaan PDIC. Lelah, namun aku sepenuh hati melaksanakn jobdesk-ku sebagai divisi hubungan masyarakat. Konflik yang biasa terjadi dalam sebuah organisasi tidak melunturkan cintaku pada Perisai Diri. Dan alhamdulillah, seniorku yang menjabat Ketua Pelaksana PDIC V tahun 2007 sangat puas terhadap hasil kerja divisi humas. Senang ^_^

Upacara pembukaan PDIC VI tahun 2010 di Padepokan Silat TMII Jakarta membuatku bergidik. Bulu kuduk merinding tanda betapa aku bangga terhadap perguruan silat Perisai Diri. Segala apa yang ada dalam Perisai Diri, mulai dari filosofi, gerakan, teknik, dan sifat kekeluargaan yang tertanam kuat antar anggotanya, menambah rasa kagumku pada Pakde dan rasa cintaku pada PD. Pula membakar semangat untuk kembali aktif latihan, bukan untuk prestasi, namun sebagai pegangan hidup. Pegangan bagi kekuatan fisik, spirit, mental, dan kebatinan. Upacara pembukaan PDIC VI tahun 2010 diisi dengan atraksi-atraksi kebudayaan daerah dikolaborasikan dengan teknik-teknik Perisai Diri. Really cool! Terlebih di akhir penampilan marching band yang seluruh personilnya turut memperagakan sikap-sikap dasar Perisai Diri, dari atas gedung turun sejumlah anggota Perisai Diri membawa bendera negara-negara komisariat Perisai Diri. Ah, bagus sekali...selamat datang keluargaku...



Aku jadi teringat awal mula aku bergabung dengan silat Perisai Diri.