Alhamdulillah…
Aku baru aja selesai belajar mengaji which sebelumnya maleeeeeesssss banget untuk kembali belajarnya! Bayangin, aku sudah mulai belajar mengaji dari tahun 2006, sampai sekarang belum lancar juga ngajinya. Malah aku keduluan adikku Yudith, dia sudah lancar, padahal dia yang menyusul aku menjadi muallaf. Aku gak ngerti, rasanya seperti aku tidak bisa mengingat bentuk-bentuk huruf Hijaiyah itu dan seperti tidak menempel di ingatanku. Apalagi ditambah tanda bacaan yang membedakan bunyi serta panjang-pendek hurufnya. Setiap kali membaca, aku merasa juling, dan otakku menolak meneruskan belajar. Pikiranku membandel, aku gak mau belajar mengaji lagi. Aku hafalkan saja surat-surat Al-Qur’an yang menggunakan huruf Romawi untuk bacaan sholatku. Aku merasa tersiksa. Aku sadar aku harus bisa baca Al-Qur’an karena Al-Qur’an adalah kitab suci yang menjadi dasar hukum kehidupan, tuntutan hidup. Terlebih dituliskan akan hilang isi Al-Qur’an pada suatu masa menjelang hari kiamat dan akan habis para ulama dan ahli Al-Qur’an yang bisa mengajarkan kita lagi untuk mendalami Al-Qur’an. Mungkin ini cobaan buatku, tapi aku tak bisa memungkiri. Aku kontradiksi!
Segala puji bagi-Nya yang selalu menunjukkan jalan yang lurus kepada umat-Nya, khususnya buatku. Sekalipun aku kerap melenceng dari jalan-Nya; dari perintah-Nya, namun aku tidak dibiarkan hilang. Tetap aku diingatkan untuk segera membenahi spiritualitas diri. Sampai belakangan aku semakin tergerak untuk kembali belajar mengaji, dan hari ini aku (akhirnya) kembali belajar mengaji =)
Banyak sekali waktu luangku sebenarnya, malah bukan waktu luang tapi waktu kosong. Tiap hari aku habiskan dengan tidur dan tidur. Berkali-kali Mama mengingatkan untuk aku segera belajar mengaji namun aku tidak bergeming. Dalam hatiku aku ingin, tapi jangan sekarang. Dalam hati sebenarnya aku malu, karena aku bela-belain belajar bahasa asing hampir setiap hari namun tidak prioritas. Dikatakan dalam hadits, malu berarti kita masih peduli dengan keadaan sekeliling kita untuk berbuat salah. Alhamdulilah, aku masih bisa merasa malu. Apalagi Allah memberi kemurahan rejeki lagi padaku untuk aku bisa kursus bahasa Spanyol selain bahasa Inggris. Itu berarti, aku harus lebih mensyukuri kebaikan-Nya dengan berbuat seperti yang diperintahkan-Nya, pelajari Al-Qur’an. Alhamdulillah aku diberi ketetapan hati untuk itu.
Dan aku sangat senaaaaaanggggg sekali dengan pertemuan ngaji pertama tadi! Melihat wajah Pak Ustad yang bersinar membuatku sadar, orang-orang seperti Pak Ustad inilah yang (mungkin) disayang Allah. Senyum, keramahan, dan semangat yang ditunjukkan Pak Ustad menegurku betapa kita harus berpacu dengan waktu. Pak Ustad yang sejak pagi sudah kesana-sini menjalankan dakwah saja tetap ceria, gimana aku yang bangun tidur saja baru tengah hari tapi untuk belajar mengaji di rumah pun malasnya minta ampun :O
Aku belajar lagi dari awal. Pengenalan huruf-huruf, pengenalan tanda baca, panjang-pendek bacaan huruf. Aneh, aku merasa tidak sesulit dulu-dulu dimana aku merasa tersiksa. Ringaaaaaaannnn banget tadi belajarnya! Huruf-huruf Hijaiyah itu tampak bersahabat denganku. Kata Pak Ustad, aku sudah bisa langsung masuk ke bacaan Al-Qur’an, sambil dibetulkan panjang-pendek bacaannya. ^_^
Usai belajar, seperti biasa kami share apa saja yang berkaitan dengan Islam. Dan tadi kami share tentang rencanaku melanjutkan kuliah. Awalnya Pak Ustad yang menanyai tentang kuliahku (aku baru sadar Mama yang bercerita duluan ke Pak Ustad tentang hal ini. Pantesan Pak Ustad tahu aku mau melanjutkan kuliah) Aku lemot. Ya iyalah Mama cerita ke Pak Ustad, kan kemarin Mama hubungi Pak Ustad minta waktu untuk ngajarin aku kilat sebelum aku mulai kuliah bulan depan, hehee..
Pak Ustad senang mendengar aku akan melanjutkan kuliah kajian stratejik intelijen. Pak Ustad bilang, sebaiknya aku baca buku “Al-Qur’an dan Intelegensia”. Buku itu memberitahu bahwa apapun bentuk profesi kita, semua tetap mengacu pada Al-Qur’an.
“Kika belum baca buku itu, Pak…tapi Kika sudah baca buku Intelijen Nabi. Awalnya Kika nyari buku-buku tentang intel. Dapet buku Intelijen Nabi. Tadinya Kika pikir, jadi intel itu tidak sesuai dengan ajaran agama, karena pekerjaannya yang mengintai; menyelusup ke daerah musuh. Kika pikir hal seperti itu salah, karena kita gak boleh masuk tanpa ijin ke teritori musuh. Tapi ternyata menurut buku, itu gak salah. Nabi dulu pun sudah menerapkan sistem intelijen terhadap musuh-musuhnya. Nabi mengutus seseorang untuk mencari tahu informasi mengenai musuh jika hendak menghadapi perang,” kataku.
Menurut buku itu, tidak salah jika kita ingin mencari tahu informasi mengenai suatu kelompok yang dianggap membahayakan, asalkan informasi yang dicari tahu tersebut bukan ranah pribadi seseorang.
“Ya, Al-Qur’an adalah kitab yang sempurna yang mencakup seluruh bidang kehidupan. Al-Qur’an adalah dasar bagi kita. Berbeda dengan orang Barat yang terus mencari paham-paham terus menerus tanpa dasar sehingga banyak terjadi penyimpangan. Al-Qur’an berdiri tegak sejak dulu dan itu yang menegakkan langkah kita,” Pak Ustad menanggapi.
Aku tertegun. Iya ya, orang Barat selalu berubah dari satu paham ke paham lain, namun semua itu tiada habis dan tiada berdasar. Marxisme, liberalism, juga isme-isme lainnya.
“Maka itu, kita jangan menganggap Al-Qur’an jauh. Al-Qur’an sebenarnya dekat sekali dengan kita karena semuanya sudah tercakup di dalam Al-Qur’an. Semua dasar sudah ada di dalamnya, tetapi tidak detil . Kita yang harus menelaahnya,” sambung Pak Ustad.
“Al-Qur’an,” katanya lagi, “sangat bermakna. Tapi jika kita hanya membiarkannya sebagai buku, tidak akan menimbulkan makna. Hanya akan menjadi buku, apalagi kalau kita hanya menyimpannya dan memajangnya di lemari.”
Waaaaaaaa…aku tersindir! >.< style="font-style: italic;">luas dan dalam. Dan kita manusia yang dikaruniai akal harus menelaahnya dalam menjalani kehidupan.
“Profesi apapun, jangan dianggap tidak dekat dengan Al-Qur’an. Itu bagaimana kitanya. Dekat selalu dengan Al-Qur’an agar apapun yang kita lakukan, profesi kita, tidak salah melangkah; tidak menyimpang.”
Topik sore yang sungguh menggugah jiwa spiritku, membuka tabir pikiranku, menyenangkan. Insya Allah, aku akan lebih dekat dengan Al-Qur’an. Insya Allah, aku bisa cepat lancar membaca Al-Qur’an juga memahami artinya, amin.
“Al-Qur’an itu tidak sulit. Tapi kalau kita sama sekali tidak pernah mengulang-ulangnya, akan terasa sulit bahkan lupa.”
Terimakasih untuk hari ini Yaa Rabb, juga terimakasih untuk hari ini Pak Ustad. Aku jadi semakin semangat belajar mengaji, juga semakin semangat meraih cita-cita karena semakin yakin bahwa profesi yang insya Allah akan aku geluti di masa depan memiliki dasar. Iya, agama itu tidak sulit, hanya orang-orang yang menjalaninya saja yang kadang membuatnya sulit. Bismillah…
Aku baru aja selesai belajar mengaji which sebelumnya maleeeeeesssss banget untuk kembali belajarnya! Bayangin, aku sudah mulai belajar mengaji dari tahun 2006, sampai sekarang belum lancar juga ngajinya. Malah aku keduluan adikku Yudith, dia sudah lancar, padahal dia yang menyusul aku menjadi muallaf. Aku gak ngerti, rasanya seperti aku tidak bisa mengingat bentuk-bentuk huruf Hijaiyah itu dan seperti tidak menempel di ingatanku. Apalagi ditambah tanda bacaan yang membedakan bunyi serta panjang-pendek hurufnya. Setiap kali membaca, aku merasa juling, dan otakku menolak meneruskan belajar. Pikiranku membandel, aku gak mau belajar mengaji lagi. Aku hafalkan saja surat-surat Al-Qur’an yang menggunakan huruf Romawi untuk bacaan sholatku. Aku merasa tersiksa. Aku sadar aku harus bisa baca Al-Qur’an karena Al-Qur’an adalah kitab suci yang menjadi dasar hukum kehidupan, tuntutan hidup. Terlebih dituliskan akan hilang isi Al-Qur’an pada suatu masa menjelang hari kiamat dan akan habis para ulama dan ahli Al-Qur’an yang bisa mengajarkan kita lagi untuk mendalami Al-Qur’an. Mungkin ini cobaan buatku, tapi aku tak bisa memungkiri. Aku kontradiksi!
Segala puji bagi-Nya yang selalu menunjukkan jalan yang lurus kepada umat-Nya, khususnya buatku. Sekalipun aku kerap melenceng dari jalan-Nya; dari perintah-Nya, namun aku tidak dibiarkan hilang. Tetap aku diingatkan untuk segera membenahi spiritualitas diri. Sampai belakangan aku semakin tergerak untuk kembali belajar mengaji, dan hari ini aku (akhirnya) kembali belajar mengaji =)
Banyak sekali waktu luangku sebenarnya, malah bukan waktu luang tapi waktu kosong. Tiap hari aku habiskan dengan tidur dan tidur. Berkali-kali Mama mengingatkan untuk aku segera belajar mengaji namun aku tidak bergeming. Dalam hatiku aku ingin, tapi jangan sekarang. Dalam hati sebenarnya aku malu, karena aku bela-belain belajar bahasa asing hampir setiap hari namun tidak prioritas. Dikatakan dalam hadits, malu berarti kita masih peduli dengan keadaan sekeliling kita untuk berbuat salah. Alhamdulilah, aku masih bisa merasa malu. Apalagi Allah memberi kemurahan rejeki lagi padaku untuk aku bisa kursus bahasa Spanyol selain bahasa Inggris. Itu berarti, aku harus lebih mensyukuri kebaikan-Nya dengan berbuat seperti yang diperintahkan-Nya, pelajari Al-Qur’an. Alhamdulillah aku diberi ketetapan hati untuk itu.
Dan aku sangat senaaaaaanggggg sekali dengan pertemuan ngaji pertama tadi! Melihat wajah Pak Ustad yang bersinar membuatku sadar, orang-orang seperti Pak Ustad inilah yang (mungkin) disayang Allah. Senyum, keramahan, dan semangat yang ditunjukkan Pak Ustad menegurku betapa kita harus berpacu dengan waktu. Pak Ustad yang sejak pagi sudah kesana-sini menjalankan dakwah saja tetap ceria, gimana aku yang bangun tidur saja baru tengah hari tapi untuk belajar mengaji di rumah pun malasnya minta ampun :O
Aku belajar lagi dari awal. Pengenalan huruf-huruf, pengenalan tanda baca, panjang-pendek bacaan huruf. Aneh, aku merasa tidak sesulit dulu-dulu dimana aku merasa tersiksa. Ringaaaaaaannnn banget tadi belajarnya! Huruf-huruf Hijaiyah itu tampak bersahabat denganku. Kata Pak Ustad, aku sudah bisa langsung masuk ke bacaan Al-Qur’an, sambil dibetulkan panjang-pendek bacaannya. ^_^
Usai belajar, seperti biasa kami share apa saja yang berkaitan dengan Islam. Dan tadi kami share tentang rencanaku melanjutkan kuliah. Awalnya Pak Ustad yang menanyai tentang kuliahku (aku baru sadar Mama yang bercerita duluan ke Pak Ustad tentang hal ini. Pantesan Pak Ustad tahu aku mau melanjutkan kuliah) Aku lemot. Ya iyalah Mama cerita ke Pak Ustad, kan kemarin Mama hubungi Pak Ustad minta waktu untuk ngajarin aku kilat sebelum aku mulai kuliah bulan depan, hehee..
Pak Ustad senang mendengar aku akan melanjutkan kuliah kajian stratejik intelijen. Pak Ustad bilang, sebaiknya aku baca buku “Al-Qur’an dan Intelegensia”. Buku itu memberitahu bahwa apapun bentuk profesi kita, semua tetap mengacu pada Al-Qur’an.
“Kika belum baca buku itu, Pak…tapi Kika sudah baca buku Intelijen Nabi. Awalnya Kika nyari buku-buku tentang intel. Dapet buku Intelijen Nabi. Tadinya Kika pikir, jadi intel itu tidak sesuai dengan ajaran agama, karena pekerjaannya yang mengintai; menyelusup ke daerah musuh. Kika pikir hal seperti itu salah, karena kita gak boleh masuk tanpa ijin ke teritori musuh. Tapi ternyata menurut buku, itu gak salah. Nabi dulu pun sudah menerapkan sistem intelijen terhadap musuh-musuhnya. Nabi mengutus seseorang untuk mencari tahu informasi mengenai musuh jika hendak menghadapi perang,” kataku.
Menurut buku itu, tidak salah jika kita ingin mencari tahu informasi mengenai suatu kelompok yang dianggap membahayakan, asalkan informasi yang dicari tahu tersebut bukan ranah pribadi seseorang.
“Ya, Al-Qur’an adalah kitab yang sempurna yang mencakup seluruh bidang kehidupan. Al-Qur’an adalah dasar bagi kita. Berbeda dengan orang Barat yang terus mencari paham-paham terus menerus tanpa dasar sehingga banyak terjadi penyimpangan. Al-Qur’an berdiri tegak sejak dulu dan itu yang menegakkan langkah kita,” Pak Ustad menanggapi.
Aku tertegun. Iya ya, orang Barat selalu berubah dari satu paham ke paham lain, namun semua itu tiada habis dan tiada berdasar. Marxisme, liberalism, juga isme-isme lainnya.
“Maka itu, kita jangan menganggap Al-Qur’an jauh. Al-Qur’an sebenarnya dekat sekali dengan kita karena semuanya sudah tercakup di dalam Al-Qur’an. Semua dasar sudah ada di dalamnya, tetapi tidak detil . Kita yang harus menelaahnya,” sambung Pak Ustad.
“Al-Qur’an,” katanya lagi, “sangat bermakna. Tapi jika kita hanya membiarkannya sebagai buku, tidak akan menimbulkan makna. Hanya akan menjadi buku, apalagi kalau kita hanya menyimpannya dan memajangnya di lemari.”
Waaaaaaaa…aku tersindir! >.< style="font-style: italic;">luas dan dalam. Dan kita manusia yang dikaruniai akal harus menelaahnya dalam menjalani kehidupan.
“Profesi apapun, jangan dianggap tidak dekat dengan Al-Qur’an. Itu bagaimana kitanya. Dekat selalu dengan Al-Qur’an agar apapun yang kita lakukan, profesi kita, tidak salah melangkah; tidak menyimpang.”
Topik sore yang sungguh menggugah jiwa spiritku, membuka tabir pikiranku, menyenangkan. Insya Allah, aku akan lebih dekat dengan Al-Qur’an. Insya Allah, aku bisa cepat lancar membaca Al-Qur’an juga memahami artinya, amin.
“Al-Qur’an itu tidak sulit. Tapi kalau kita sama sekali tidak pernah mengulang-ulangnya, akan terasa sulit bahkan lupa.”
Terimakasih untuk hari ini Yaa Rabb, juga terimakasih untuk hari ini Pak Ustad. Aku jadi semakin semangat belajar mengaji, juga semakin semangat meraih cita-cita karena semakin yakin bahwa profesi yang insya Allah akan aku geluti di masa depan memiliki dasar. Iya, agama itu tidak sulit, hanya orang-orang yang menjalaninya saja yang kadang membuatnya sulit. Bismillah…
No comments:
Post a Comment