Jika seseorang disakiti oleh seorang lainnya, kemungkinannya ada dua. Satu, orang yang disakiti akan tersinggung, marah dan sulit atau bahkan tidak mau memaafkan, atau dua, orang yang disakiti akan tersinggung, marah, mau memaafkan walaupun berat dan tidak ingin berhubungan lagi dengan orang yang menyakitinya. Tiga, ups! Ternyata ada banyak kemungkinan jika seseorang disakiti oleh orang lain. Bisa mendendam, atau bahkan balas dendam.
Kemungkinan yang terjadi padaku jika aku disakiti pun akan berbeda. Aku biasanya akan tersinggung, sakit hati, marah, sedih, kecewa, bungkam enggan menyapa lagi, jutek, dan bla bla bla. Tapi ajaibnya, aku tidak akan mendendam. Bahkan saat aku merasakan sakitnya, aku tidak ingin mengucapkan mantra sumpah serapah pada orang yang telah menyakitiku. Aku akan marah dan berteriak-teriak melampiaskan kekesalanku memang, mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas, namun sesudahnya aku tidak ingin mendoakan yang tidak baik pada orang itu. Well, aku pikir wajar jika seseorang tengah dalam keadaan emosi (emosi bukan keadaan marah saja loh!) berpikir dan bersikap labil. Biasanya aku kurang bisa mengontrol diri jika sedang emosi. Namun begitu, aku tetap tidak bisa jahat pada tersangka. Dalam kesakitanku, aku tetap mendoakannya...
Itu mengapa aku bilang ajaib. Aku pun heran, namun berterimakasih kepada Yang Di Atas karena aku dikaruniai kelapangan hati untuk tidak berbuat dholim. Ya, dikatakan bahwa doa orang yang didholimi itu biasanya didengar, dikabulkan. Apa saja yang kiranya aku doakan sebagai orang yang telah didholimi kiranya akan didengar, dikabulkan, entah itu doa yang baik-baik atau tidak. Alhamdulillah, kebanyakan waktu, bahkan hampir di setiap aku disakiti, aku diingatkan untuk tetap menjadi peri baik hati. Seperti ada yang mengingatkan untuk tidak gegabah. Aku yakin itu pasti penyertaan-Nya.
Sebagai contoh, aku pernah sakiiiiiiittttt sekali setelah puncak konflik dengan mantanku beberapa waktu lalu. Padahal menurutku, ya mungkin orang lain akan berpikir ini adalah penilaian subjektif dari sudut pandangku; namun aku benar-benar berusaha menjadi netral, dan setelah aku menceritakan permasalahanku ini ke beberapa temanku, semua menilai kesalahan bukan padaku. Kesalahan bisa dikatakan mutlak ada pada mantanku. Namun yang terjadi, mantanku justru menyalahkanku, bahwa kesalahan adalah karena ku. Terlebih setelah tragedi tersebut kami putus, dan itu sangat memukulku. Aku benar-benar merasa tidak bisa bernafas. Dia tak bergeming padaku, tak peduli lagi padaku, bahkan jika aku pun berniat bunuh diri.
Aku merasa tak sanggup menerima kesakitan ini. Mungkin bawah sadarku tidak bisa terima diperlakukan ditolak untuk dinilai benar oleh mantanku. Terlebih aku ditolak untuk dipedulikan dan disayangnya lagi.
Tiap hari yang kulakukan hanya menangis dan menangis. Ingin marah di depannya dan berteriak menjelaskan padanya bahwa dialah yang salah, bukan aku. Bahwa seharusnya yang tidak patut untuk dicintai lagi adalah dirinya, bukan aku. Tapi aku gak bisa. Semua kemarahanku, sakit hatiku, berubah menjadi kesedihan...kesedihan yang membuatku lemah dan melemah. Berat badanku turun dan semua terasa tak memiliki tujuan.
Namun seperti yang aku bilang tadi, ajaib, aku tidak bisa mengucapkan mantra sumpah serapah untuknya. Yang ada malah aku mendoakannya, dan meminta segala yang terbaik untukku tentunya. Doaku, tolong tunjukkan padanya siapa yang benar dan salah dalam hal ini, dan tolong pelihara senantiasa hubunganku dengannya untuk tetap baik sekalipun kami tidak berjodoh. Jika ia bukan jodohku, maka tolong tunjukkan padaku jodohku. Aku betul-betul tulus mendoa.
Aku bersyukur, aku merasa doaku dijawab. Dialah Yang Maha Mendengar. Selang berapa bulan, aku bertemu (insya Allah) jodohku. Melalui sebuah reuni kecil, aku kembali menemukan harapan di dalam dirinya yang saat ini menjadi kekasihku. Aku menemuinya jauh lebih baik segala sesuatunya dibanding mantanku dulu yang kupikir tak ada yang bisa menggantikannya. Bukan aku bermaksud membanding-bandingkan. Alhamdulillah. Bahkan aku dan kekasihku sudah merencanakan pernikahan. Insya Allah, aku dan kekasihku bisa dan boleh berjodoh, amin.
Yang aku tidak menyangka, hubunganku dengan mantanku yang dulu terasa sangat alot kini seperti berbalik 180 derajat. Semua membaik, malah mantanku yang sering menghubungiku menanyai kabar dan memberitahu kabarnya. Aneh. Apalagi statusku kini sudah in a relationship dengan kekasihku. Setahuku, dia bukan tipe orang yang bisa memaafkan seseorang apalagi untuk tetap berhubungan baik dengan orang yang telah di-blacklist-nya. Ditambah, seingatku dia tidak suka jika orang yang menjadi pasangannya dihubungi mantan pasangannya. Lalu kenapa sekarang dia yang justru menghubungiku?
Awalnya aku pikir dia menanyai kabarku hanya bentuk basa-basi. Atau mungkin dia masih memiliki rasa yang dulu pernah ada? Ia menanyai kabarku lagi beberapa waktu kemudian seolah tidak pernah terjadi apapun di antara kami, khususnya mengenai tragedi itu.
Sampai akhirnya aku teringat akan doaku saat aku menjadi pesakitan cinta dulu, bahwa aku pernah memanjatkan doa pada Yang Maha Kuasa untuk menunjukkan padanya siapa yang benar dan salah dalam konflik yang dulu terjadi, dan meminta tolong pelihara senantiasa hubunganku dengannya untuk tetap baik sekalipun kami tidak berjodoh. Wallahualam bishawab.
Ya, mungkin ini jawaban atas doaku. Dialah Yang Maha Mendengar. Alhamdulillah...doaku dikabulkan. Tidak dalam waktu yang cepat memang, namun indah pada waktunya. Rentang waktu yang menjadi proses kebangkitan menyingkap banyak hikmah, salah satunya membuktikan bahwa memang Dia Maha Mendengar, dan bahwa doa orang yang didholimi akan lebih didengar, dikabulkan. Aku bersyukur pada akhirnya mantanku menyadari hitam-putih kehidupan. Dan aku bersyukur hubunganku dulu berakhir dengannya, juga saat ini sudah tidak punya rasa cinta lagi padanya, karena itu semua membawaku pada pertemuanku dengan kekasihku saat ini yang insya Allah kelak menjadi suamiku, amin.
Yang hebat adalah Tuhanku, yang selalu memberi kekuatan pada umatNya, khususnya aku, untuk tetap berbuat baik sekalipun dianiaya. PertolonganNya membuatku ajaib hingga aku bisa memaafkan hingga tiada dendam di hati. Aku ingat bagaimana aku ditunjukkan jalan ketika aku merasa didholimi untuk tetap mendoakan hal-hal baik karena manusia itu akan diberi ganjaran sesuai perbuatannya sendiri.
Dalam contoh kasus ini, mantanku, aku bisa memaafkanmu. Lepas sudah semua rasaku terhadapmu. Namun aku tidak bisa melupakan. Bukan berarti aku mendendam. Semua tersimpan dalam memoriku, menjadi bekalku melangkah ke depan. Dan aku harus mensyukuri jawaban Allah atas doaku dengan tetap menjaga hubungan baikku dengannya, insya Allah...
Forgiven but Not Forgotten. Kau tetap temanku...
Kemungkinan yang terjadi padaku jika aku disakiti pun akan berbeda. Aku biasanya akan tersinggung, sakit hati, marah, sedih, kecewa, bungkam enggan menyapa lagi, jutek, dan bla bla bla. Tapi ajaibnya, aku tidak akan mendendam. Bahkan saat aku merasakan sakitnya, aku tidak ingin mengucapkan mantra sumpah serapah pada orang yang telah menyakitiku. Aku akan marah dan berteriak-teriak melampiaskan kekesalanku memang, mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas, namun sesudahnya aku tidak ingin mendoakan yang tidak baik pada orang itu. Well, aku pikir wajar jika seseorang tengah dalam keadaan emosi (emosi bukan keadaan marah saja loh!) berpikir dan bersikap labil. Biasanya aku kurang bisa mengontrol diri jika sedang emosi. Namun begitu, aku tetap tidak bisa jahat pada tersangka. Dalam kesakitanku, aku tetap mendoakannya...
Itu mengapa aku bilang ajaib. Aku pun heran, namun berterimakasih kepada Yang Di Atas karena aku dikaruniai kelapangan hati untuk tidak berbuat dholim. Ya, dikatakan bahwa doa orang yang didholimi itu biasanya didengar, dikabulkan. Apa saja yang kiranya aku doakan sebagai orang yang telah didholimi kiranya akan didengar, dikabulkan, entah itu doa yang baik-baik atau tidak. Alhamdulillah, kebanyakan waktu, bahkan hampir di setiap aku disakiti, aku diingatkan untuk tetap menjadi peri baik hati. Seperti ada yang mengingatkan untuk tidak gegabah. Aku yakin itu pasti penyertaan-Nya.
Sebagai contoh, aku pernah sakiiiiiiittttt sekali setelah puncak konflik dengan mantanku beberapa waktu lalu. Padahal menurutku, ya mungkin orang lain akan berpikir ini adalah penilaian subjektif dari sudut pandangku; namun aku benar-benar berusaha menjadi netral, dan setelah aku menceritakan permasalahanku ini ke beberapa temanku, semua menilai kesalahan bukan padaku. Kesalahan bisa dikatakan mutlak ada pada mantanku. Namun yang terjadi, mantanku justru menyalahkanku, bahwa kesalahan adalah karena ku. Terlebih setelah tragedi tersebut kami putus, dan itu sangat memukulku. Aku benar-benar merasa tidak bisa bernafas. Dia tak bergeming padaku, tak peduli lagi padaku, bahkan jika aku pun berniat bunuh diri.
Aku merasa tak sanggup menerima kesakitan ini. Mungkin bawah sadarku tidak bisa terima diperlakukan ditolak untuk dinilai benar oleh mantanku. Terlebih aku ditolak untuk dipedulikan dan disayangnya lagi.
Tiap hari yang kulakukan hanya menangis dan menangis. Ingin marah di depannya dan berteriak menjelaskan padanya bahwa dialah yang salah, bukan aku. Bahwa seharusnya yang tidak patut untuk dicintai lagi adalah dirinya, bukan aku. Tapi aku gak bisa. Semua kemarahanku, sakit hatiku, berubah menjadi kesedihan...kesedihan yang membuatku lemah dan melemah. Berat badanku turun dan semua terasa tak memiliki tujuan.
Namun seperti yang aku bilang tadi, ajaib, aku tidak bisa mengucapkan mantra sumpah serapah untuknya. Yang ada malah aku mendoakannya, dan meminta segala yang terbaik untukku tentunya. Doaku, tolong tunjukkan padanya siapa yang benar dan salah dalam hal ini, dan tolong pelihara senantiasa hubunganku dengannya untuk tetap baik sekalipun kami tidak berjodoh. Jika ia bukan jodohku, maka tolong tunjukkan padaku jodohku. Aku betul-betul tulus mendoa.
Aku bersyukur, aku merasa doaku dijawab. Dialah Yang Maha Mendengar. Selang berapa bulan, aku bertemu (insya Allah) jodohku. Melalui sebuah reuni kecil, aku kembali menemukan harapan di dalam dirinya yang saat ini menjadi kekasihku. Aku menemuinya jauh lebih baik segala sesuatunya dibanding mantanku dulu yang kupikir tak ada yang bisa menggantikannya. Bukan aku bermaksud membanding-bandingkan. Alhamdulillah. Bahkan aku dan kekasihku sudah merencanakan pernikahan. Insya Allah, aku dan kekasihku bisa dan boleh berjodoh, amin.
Yang aku tidak menyangka, hubunganku dengan mantanku yang dulu terasa sangat alot kini seperti berbalik 180 derajat. Semua membaik, malah mantanku yang sering menghubungiku menanyai kabar dan memberitahu kabarnya. Aneh. Apalagi statusku kini sudah in a relationship dengan kekasihku. Setahuku, dia bukan tipe orang yang bisa memaafkan seseorang apalagi untuk tetap berhubungan baik dengan orang yang telah di-blacklist-nya. Ditambah, seingatku dia tidak suka jika orang yang menjadi pasangannya dihubungi mantan pasangannya. Lalu kenapa sekarang dia yang justru menghubungiku?
Awalnya aku pikir dia menanyai kabarku hanya bentuk basa-basi. Atau mungkin dia masih memiliki rasa yang dulu pernah ada? Ia menanyai kabarku lagi beberapa waktu kemudian seolah tidak pernah terjadi apapun di antara kami, khususnya mengenai tragedi itu.
Sampai akhirnya aku teringat akan doaku saat aku menjadi pesakitan cinta dulu, bahwa aku pernah memanjatkan doa pada Yang Maha Kuasa untuk menunjukkan padanya siapa yang benar dan salah dalam konflik yang dulu terjadi, dan meminta tolong pelihara senantiasa hubunganku dengannya untuk tetap baik sekalipun kami tidak berjodoh. Wallahualam bishawab.
Ya, mungkin ini jawaban atas doaku. Dialah Yang Maha Mendengar. Alhamdulillah...doaku dikabulkan. Tidak dalam waktu yang cepat memang, namun indah pada waktunya. Rentang waktu yang menjadi proses kebangkitan menyingkap banyak hikmah, salah satunya membuktikan bahwa memang Dia Maha Mendengar, dan bahwa doa orang yang didholimi akan lebih didengar, dikabulkan. Aku bersyukur pada akhirnya mantanku menyadari hitam-putih kehidupan. Dan aku bersyukur hubunganku dulu berakhir dengannya, juga saat ini sudah tidak punya rasa cinta lagi padanya, karena itu semua membawaku pada pertemuanku dengan kekasihku saat ini yang insya Allah kelak menjadi suamiku, amin.
Yang hebat adalah Tuhanku, yang selalu memberi kekuatan pada umatNya, khususnya aku, untuk tetap berbuat baik sekalipun dianiaya. PertolonganNya membuatku ajaib hingga aku bisa memaafkan hingga tiada dendam di hati. Aku ingat bagaimana aku ditunjukkan jalan ketika aku merasa didholimi untuk tetap mendoakan hal-hal baik karena manusia itu akan diberi ganjaran sesuai perbuatannya sendiri.
Dalam contoh kasus ini, mantanku, aku bisa memaafkanmu. Lepas sudah semua rasaku terhadapmu. Namun aku tidak bisa melupakan. Bukan berarti aku mendendam. Semua tersimpan dalam memoriku, menjadi bekalku melangkah ke depan. Dan aku harus mensyukuri jawaban Allah atas doaku dengan tetap menjaga hubungan baikku dengannya, insya Allah...
Forgiven but Not Forgotten. Kau tetap temanku...
No comments:
Post a Comment