Beberapa waktu lalu, untuk pertama kalinya aku membaca buku-buku tentang intelijen. Entah karena fakta yang diungkap dalam buku-buku yang kubaca, entah karena kepolosanku, aku tercengang. Cerita mengenai intel membuatku bergidik. Menyadari resiko menjadi seorang intel membuatku gentar.
Seorang intel, digambarkan dengan sosok yang penuh rahasia. Identitasnya bisa berubah-ubah dikondisikan dengan kebutuhan. Biasanya seorang agen intel bekerja kepada sebuah instansi ataupun lembaga pemerintahan. Bahkan kerap seorang intel tidak diberitahu untuk siapa ia bekerja untuk mengantisipasi rahasia yang diperolehnya tidak bocor; tidak terungkap kepada pihak lain.
Tahap pelaksanaan sebuah operasi dalam siklus intelijen memiliki empat tahap. Tahap tertinggi adalah Head Quarter/ Komandan atau disebut juga Agent Handler (AH), yakni orang yang mengeluarkan pernyataan atau kebijakan tertentu. Di bawah komandan ada Supporting Agent (SA), setingkat di bawahnya adalah Cut Out (CO) yang menghubungi Agent (A) atau pelaksana di lapangan. Antara AH, SA, CO, dan A tidak saling mengenal, A biasanya direkrut dari kalangan asing di luar sistem. Jika operasi yang dijalankan gagal, praktis A akan "dihabisi" atau "dipotong" oleh CO. Untuk menghindari pembuktian intelijen, CO tidak akan ditampilkan. Garis langsung ditarik ke jenjang SA sehingga ada mata rantai yang hilang. Itu sebabnya operasi intelijen sulit diusut.
Di sini aku ingin mengangkat cerita tentang tokoh mata-mata wanita terkenal di masa Perang Dunia II yang dianggap paling berbahaya, Virginia Hall, dan tokoh fiktif mata-mata wanita yang cantik dan seksi, Evelyn Salt.
Seorang intel, digambarkan dengan sosok yang penuh rahasia. Identitasnya bisa berubah-ubah dikondisikan dengan kebutuhan. Biasanya seorang agen intel bekerja kepada sebuah instansi ataupun lembaga pemerintahan. Bahkan kerap seorang intel tidak diberitahu untuk siapa ia bekerja untuk mengantisipasi rahasia yang diperolehnya tidak bocor; tidak terungkap kepada pihak lain.
Tahap pelaksanaan sebuah operasi dalam siklus intelijen memiliki empat tahap. Tahap tertinggi adalah Head Quarter/ Komandan atau disebut juga Agent Handler (AH), yakni orang yang mengeluarkan pernyataan atau kebijakan tertentu. Di bawah komandan ada Supporting Agent (SA), setingkat di bawahnya adalah Cut Out (CO) yang menghubungi Agent (A) atau pelaksana di lapangan. Antara AH, SA, CO, dan A tidak saling mengenal, A biasanya direkrut dari kalangan asing di luar sistem. Jika operasi yang dijalankan gagal, praktis A akan "dihabisi" atau "dipotong" oleh CO. Untuk menghindari pembuktian intelijen, CO tidak akan ditampilkan. Garis langsung ditarik ke jenjang SA sehingga ada mata rantai yang hilang. Itu sebabnya operasi intelijen sulit diusut.
Di sini aku ingin mengangkat cerita tentang tokoh mata-mata wanita terkenal di masa Perang Dunia II yang dianggap paling berbahaya, Virginia Hall, dan tokoh fiktif mata-mata wanita yang cantik dan seksi, Evelyn Salt.